Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Aspek Berbicara Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Aspek Berbicara Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Kelas VI-2 Semester I SD Negeri 1 Jeunieb Tahun Pelajaran 2013/2014”.


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Berdasarkan hasil observasi selama ini proses pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri 1 Jeunieb selama ini siswa tidak mampu menyerap informasi dari materi yang diajarkan oleh guru dengan baik. Sehingga hasil belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia masih sangat rendah. Guru hanya mengandalkan hasil akhir pembelajaran saja, tanpa mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa dalam penerapan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, guru hanya mengutamakan keterampilan mengerjakan soal pemahaman konsep kepada siswa tanpa memperhatikan keterampilan-keterampilan yang lain. Sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyerap informasi. Faktor-faktor inilah yang menjadi penyebab kurang berhasilnya pengajaran suatu konsep dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, sehingga pemahaman mereka terhadap Bahasa Indonesia jauh dari apa yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat pada ketuntasan hasil belajar siswa hanya mencapai 34,3% yang nilainya di atas standar Kriteria Minimal (KKM).

Melihat banyaknya persoalan yang timbul akibat masalah mengajar pada guru dalam memberikan materi kepada siswa, maka diterapkan pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT) pada kegiatan pembelajaran IPS. Kooperatif tipe numbered heads together merupakan suatu cara mengajar dengan pembagian nomor oleh guru kepada siswa serta memberikan tugas dalam bentuk kelompok belajar, setelah itu siswa melaporkan jawaban dari tugasnya sesuai dengan nomor yang ditunjukkan oleh guru. Dalam hal ini yang diutamakan yaitu pemahaman konsep materi dengan mengerjakan tugas-tugas sehingga siswa menemukan jawaban-jawaban terhadap konsep materi yang dipelajari. Tugas yang dipecahkan sendiri, yang ditemukan sendiri tanpa bantuan khusus, maka akan memberi hasil yang lebih unggul.

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dalam pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan dapat mengembangkan kemampuan belajar mandiri bagi siswa. Hal ini disebabkan penggunaan model tersebut memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih teliti dalam memahami materi guna menemukan jawaban tentang konsep materi yang diajarkan sehingga bisa meningkatkan efektifitas dan kreatifitas belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka timbul suatu permasalahan yaitu apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Aspek Berbicara Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Kelas VI-2 Semester I SD Negeri 1 Jeunieb Tahun Pelajaran 2013/2014”.


B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
  1. Apakah melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VI-2 semester I SD Negeri 1 Jeunieb tahun pelajaran 2013/2014?
  2. Apakah melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajarnya?
  3. Apakah kegiatan guru dalam pengelolaan pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-langkah pada pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together.


C.  Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together pada siswa kelas VI-2 Semester I SD Negeri 1 Jeunieb tahun pelajaran 2013/2014.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apakah dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VI-2 Semester I SD Negeri 1 Jeunieb tahun pelajaran 2013/2014.
b. Untuk mendeskripsikan perubahan kemampuan pemahaman konsep pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VI-2 Semester I SD Negeri 1 Jeunieb tahun pelajaran 2013/2014.

D.  Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini baik secara teoretis maupun praktis sebagai berikut:
Manfaat Teoretis
Menambah wacana pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, terutama mengenai pengelolaan proses pembelajaran yang efektif.
Menambah wacana pengetahuan di bidang Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

2. Manfaat Praktis 
Siswa 
Dapat memudahkan dalam memahami isi dan makna dari materi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Guru 
Sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan mengajar terutama menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.

Sekolah 
Sebagai bahan informasi dan landasan penting dalam mengarahkan, membimbing serta mengawali aktivitas pembelajaran guru kearah  yang lebih produktif.

Peneliti 
Sebagai kegiatan pengembangan profesi untuk pencapaian angka kredit guna kenaikan pangkat dan golongan setingkat lebih tinggi.

BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN


A.  Landasan Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Proses belajar ditandai dengan adanya perubahan diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan, daya reaksi, daya penerima dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana, 2004: 28).

Berdasarkan pendapat di atas, belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu dalam interaksi dengan lingkungannya, ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

2. Tujuan Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Keberhasilan belajar dapat ditinjau dari segi proses dan dari segi hasil. Keberhasilan dari segi hasil dengan mengasumsikan bahwa proses belajar yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Hasil belajar yang ditinjau ada tiga kawasan yaitu kawasan kognitif, afektif dan psikomotorik (Yamin, 2005:14) 

Cara dan kemampuan siswa untuk mencapai tujuan belajar berbeda-beda, masing-masing siswa bersifat unik, artinya kondisi fisik, mental dan sosial mereka berbeda satu sama lain. Perbedaan ini menyebabkan hasil belajar mereka tidak sama. Sutadi (2004:62) mengemukakan bahwa untuk mengetahui sejauh mana siswa mencapai tujuan belajarnya, guru tidak hanya melihat sepintas karena tidak akan diperoleh gambaran yang obyektif, untuk itu diperlukan kegiatan evaluasi yang lebih menyeluruh, berkesinambungan dan obyektif. Evaluasi meliputi kemampuan penguasaan kognitif dan kemampuan penguasaan psikomotor. 

Pengukuran ranah kognitif menggunakan bentuk tes obyektif yang dibuat sesuai dengan materi yang diajarkan dan bisa mewakili item-item dari pokok bahasan yang diajarkan. Pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa perbuatan, namun demikian biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus.

3. Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar ialah hasil usaha dalam belajar yang menunjukkan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai oleh seseorang (Syafir,2009:1)

Faktor-faktor yang mempengarui suksesnya belajar secara umum dapat digolongkan menjadi dua faktor yaitu: faktor internal dan faktor ekternal. Kedua faktor ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi.

Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor biologis (keadaan fisik atau jasmani individu yang bersangkutan) dan faktor psikologis (bakat, intelensi, minat, motivasi, konsentrasi, ambisi dan tekat) (Djamarah, 2004:142).
Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah hal-hal atau situasi dari luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi belajar (Djamarah, 2004:143).

4.  Pembelajaran Bahasa Indonesia
Secara teknis, bahasa adalah seperangkat ujaran yang bermakna, yang dihasikan dari alat ucap manusia. Secara praktis, bahasa merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna, yang dihasilkan dari alat ucap manusia. Dari pengertian secara praktis ini dapat kita ketahui bahwa bahasa dalam hal ini mempunyai dua aspek, yaitu aspek sistem (lambang) bunyi dan aspek makna. Bahasa disebut sistem bunyi atau sistem lambang bunyi karena bunyi-bunyi bahasa yang kita dengar atau kita ucapkan itu sebenarnya bersistem atau memiliki keteraturan.

Dalam hal ini istilah sistem bunyi hanya terdapat di dalam bahasa lisan, sedangkan didalam bahasa tulis bahasa sistem bunyi itu digambarkan dengan lambang-lambang tertentu yang disebut huruf.
Adapun fungsi pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu
a) Untuk meningkatkan produktivitas pendidikan.
b) Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual.
c) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran.
d) Lebih memantapkan pengajaran.
e) Memungkinkan belajar secara seketika.

Pembelajaran bahasa Indonesia terdiri dari beberapa aspek-aspek sebagai berikut:
a. Membaca
Kegiatan membaca dapat dimulai setelah siswa mengenal huruf. Membaca dalam pengertian bahasa pemulaan seringkali siswa-siswa diajar “membaca gambar” atau menceritakan yang dilihatnya pada gambar sebelum mengenal huruf. 
b. Berbicara
Kegiatan berbicara adalah kegiatan yang sifatnya produktif setelah kegiatan mendengar dilakukan. Tujuan pembelajaran berbicara pada umumnya ialah agar menggunakan bahasa secara lisan, supaya kegiatan membaca itu efektif.
c.  Mendengarkan
Kegiatan mendengar adalah kegiatan yang utama dan pertama bagi orang yang belajar bahasa. Anak sejak semula belajar bahasa dari orang tuanya dengan jalan mendengar. Dengan kegiatan mendengar maka siswa-siswa dapat melakukan kegiatan meniru,menangkap, dan melakukan yang didengarkannya.
d.  Menulis
Kegiatan belajar yang tercangkup dalam kegiatan menulis yaitu menyalin, mengarang dan dikte.

5.  Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sudrajat, 2008:34).

Cukup banyak jenis metode pembelajaran dengan berbagai kelebihan dan kelemahannya diantaranya yaitu SAVI, Jigsaw, quantum Learning, Tari Bambu, CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending), STAD (Student Team Achievement Division), NHT (Numbered Head Together), dan lain-lain hanya saja yang paling diperhatikan dalam penggunaannya adalah kesesuaiannya. 

Tidak semua metode pembelajaran akan cocok dengan jenis materi pelajaran yang disajikan di depan siswa. Oleh karena itu setiap guru hendaknya pintar-pintar memilih metode atau model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran yang biasa digunakan atau materi pelajaran yang akan diajarkan.
Salah satu metode pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar berfikir, memecahkan masalah, belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, dan keterampilannya adalah dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).

6. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan pengajaran yang mengutamakan siswa untuk saling bekerjasama satu dengan lainnya untuk memahami dan mengerjakan segala tugas belajar mereka. Pendekatan kooperatif digunakan oleh para pendidik dalam pembelajaran di kelas dengan menciptakan situasi atau kondisi bagi kelompok untuk mencapai tujuan masing-masing anggota atau kelompok mencapai tujuan tergantung pada kerjasama yang kompak dan serasi dalam kelompok.

Beberapa unsur penting dalam pembelajaran kooperatif meliputi kerjasama dalam menyelesaikan tugas, mendorong untuk bekerjasama yang terstruktur, tanggung jawab individu dan kelompok yang heterogen. pembelajaran kooperatif digunakan dalam kelas yang selalu diliputi kerjasama dalam menyelesaikan tugas. Dalam kelompok belajar, semua anggota kelompok berkerja sama dan tidak memiliki respons yang terpisah. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, belajar untuk bekerjasama, menghargai pendapat orang lain dan tanggung jawab antara sesama siswa dan terhadap kelompoknya untuk memperoleh yang terbaik bagi kelompoknya dalam belajar dan menyelesaikan tugas.

Belajar kelompok, memiliki kesempatan mengungkapkan gagasan, mendengarkan pendapat orang lain, serta bersama-sama membangun pengertian, menjadi sangat penting dalam belajar karena memiliki unsur yang berguna menantang pemikiran dan meningkatkan harga diri seseorang. Dengan pengalaman belajarnya siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

7.  Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Menurut Lie (2004:59) “Teknik belajar mengajar Numbered Heads Together (NHT) atau kepala bernomor dikembangkan oleh Spencer Kagan. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja siswa”.
Langkah-langkah pembelajaran NHT adalah:
  1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
  2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
  3. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.
  4. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka (Lie, 2004:60).


Menurut Panjaitan (2008:1) ada beberapa kelebihan dan kekurangan model NHT adalah sebagai berikut:
Kelebihan model NHT bagi siswa adalah :
1. Setiap siswa menjadi siap semua dalam belajar.
2. Siswa dapat berdiskusi dengan sungguh-sungguh.
3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. 

Kekurangan model NHT adalah :
1. Ada kemungkinan guru memanggil siswa yang sama. 
2. Tidak semua kelompok dapat dipanggil oleh guru.
3. Membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.

B.   Kerangka Berpikir
Meningkatnya hasil belajar siswa dapat dicapai bila ada interaksi yang baik antara semua pihak yang terkait dalam penyelenggara proses belajar mengajar di dalam kelas. Salah satunya yang berperan penting yaitu guru, yang dapat menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together ini dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa dapat berdiskusi dalam mempelajari materi yang diberikan dan menemukan jawaban dari soal yang diberikan guru. 
Secara skematis kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

C.   Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Jika pembelajaran Bahasa Indonesia dilakukan dengan penerapan model pembelajaran numbered heads together, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI-2 semester I SD Negeri 1 Jeunieb tahun pelajaran 2013/2014”.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A.  Setting Penelitian 
1.  Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Jeunieb yang bertempat di Desa Janggot Seungko Kecamatan Jeunieb Kabupaten Bireuen. Hal ini sehubungan dengan tugas penulis sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sesuai dengan SK pembagian tugas tahun pelajaran 2013/2014.

2.  Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama lebih kurang 4 (empat) bulan yang dimulai bulan Juli sampai bulan Oktober pada Semester I tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan pada kurun waktu tersebut karena bertepatan dengan materi yang diajarkan pada kelas VI-2.

B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI-2 dengan jumlah siswa 32 orang yang terdiri dari 17 siswa laki laki dan 15 siswi perempuan. Siswa tersebut memiliki kemampuan yang berbeda-beda.

C. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari hasil tes pada siswa secara formatif siklus I dan siklus II, catatan pengamatan lapangan pada kondisi awal, siklus I dan siklus II serta hasil pengamatan siswa dan guru di kelas selama pelaksanaan pembelajaran.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1.  Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkann data untuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini,  langkah-langkah yang dilaksanakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
  • Memberikan soal tes kepada siswa yang berbentuk pilihan berganda sebanyak 10 (sepuluh) item pada setiap akhir pembelajaran di siklus I dan siklus II untuk mendapatkan hasil belajar siswa.
  • Observasi dilakukan oleh teman sejawat. Hasil observasi ini baik terhadap aktivitas siswa maupun guru oleh peneliti dicatat dalam lembar observasi.


2.  Alat Pengumpulan Data
Adapun alat pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:
  1. Tes tertulis melalui LKS dan soal tes formatif individu.
  2. Lembar observasi kegiatan guru dan siswa.

E.  Analisis Data
Perolehan data dianalisis dan dideskripsikan sesuai dengan permasalahan yang ada dalam bentuk laporan hasil penelitian. Data hasil belajar siswa di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk menghitung persentase peningkatan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas pada siklus I  dan siklus II.

F.  Indikator Kinerja
Indikator kinerja pembelajaran di anggap berhasil bila daya serap materi terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VI-2 SD Negeri 1 Jeunieb mencapai standar nilai KKM 70, sedangkan penerapan model pembelajaran NHT di anggap berhasil apabila 85% dari siswa mencapai ketuntasan belajar.

G.  Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang didalamnya terdapat 4 tahap utama kegiatan, yaitu rencana, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dengan cara berkolaborasi antara peneliti dan dua orang pengamat yang berasal dari teman sejawat.
Skema alur desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Skema desaian alur penelitian

Adapun langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut:
1. Siklus I
Tahap Perencanaan Persiapan (Planning)
a) Guru menyiapkan perangkat pembelajaran.
b) Guru merancang skenario model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
c) Guru  menyiapkan instrumen.
d) Guru menyusun kelompok belajar siswa.
e) Guru merencanakan tugas kelompok.

2)  Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
a) Melaksanakan langkah-langkah sesuai dengan perencanaan.
b) Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
c) Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana.
d) Menyusuaikan alokasi waktu dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan.
e) Mengantisifikasi solusi apabila menemui kendala saat melakukan tindakan.

3)  Tahap Observasi (Observation)
a) Melakukan diskusi dengan guru dan Kepala Sekolah untuk melakukan observasi.
b) Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dilakukan dua orang pengamat.
c) Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

4)  Tahap Refleksi (Reflection)
a) Menganalisis temuan saat melakukan pelaksanaan observasi.
b) Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan mempertimbangkan langkah selanjutnya.
c) Melakukan refleksi terhadap kelemahan dan kekurangan yang dilakukan oleh guru selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan mempertimbangkan langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
d) Melakukan refleksi terhadap kreatifitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
e) Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa.

2. Siklus 2
1) Tahap Perencanaan (Planning)
a)  Hasil rrefleksi dievaluasi, didiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya.
b)  Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran pada siklus I.
c)  Merancang perbaikan siklus II berdasarkan refleksi siklus I.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
1)  Melaakukan analisis pemecahan masalah.
2)  Melaksanakan tindakan perbaikan siklus II dengan memaksimalkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

3) Tahap Observasi (Observation)
a)  Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
b)  Mencatat perubahan yang terjadi selama tindakan.
c)  Mendiskusikan masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan umpan balik.
4) Tahap Refleksi (Reflection)
a) Merefleksi proses pembelajaran kooperatif tipe NHT.
b)  Merefleksi hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
c)  Menganalis temuan dan hasil akhir penelitian.
d)  Rekomendasi.
Dari tahap kegiatan pada siklus I dan siklus II, hasil yang diharapkan adalah:
1) Siswa memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran.
2) Guru memiliki kemampuan merancang dan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT khusus mata pelajaran Bahasa Indonesia.
3) Adanya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum proses pelaksanaan tindakan kelas, metode ceramah merupakan metode yang paling sering digunakan oleh guru. Kegiatan menstransfer ilmu pada siswa yang dilakuakan oleh guru menjadikan siswa kurang kreatif dan cepat bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Dalam menyampaikan materi guru tidak menggunakan metode yang tepat dan efektif. Sesudah materi dijelaskan dilanjutkan dengan pemberian tugas, walaupun sesekali guru mengajukan pertanyaan kepada siswa namun masih kurang efektif untuk membangkitkan aktivitas belajar siswa. Dalam hal ini siswa kurang diberi kesempatan untuk memahami informasi lisan yang diberikan guru tentang konsep materi yang diajarkan.

Pembelajaran deengan kondisi yang demikian sangat berpengaruh pada nilai dan prestasi yang diperoleh siswa kelas VI-2 pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Hampir semua siswa belum mencapai ketuntasan belajar minimal dalam mempelajari materi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tersebut.  Hal  ini dibuktikan pada pencapaian nilai hasil belajar di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70. 
Perolehan nilai rata-rata pada tes kondisi awal dapat penulis sajikan seperti pada tabel 4.1 berikut:
Table 4.1  Nilai rata-rata tes kondisi awal

Untuk memperjelas data dari tabel 4.1 dapat digambarkan grafik diagram batang sebagai berikut:

Gambar 4.1 Grafik nilai rata-rata hasil tes kondisi awal 

Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk grafik, diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 8 sedangkan nilai terendahnya adalah 2 dengan nilai rata-rata sebesar 5,9. Disamping itu dari hasil tes yang diberikan pada kondisi awal, hanya sebagian kecil siswa saja yaitu 11 siswa dinyatakan tuntas belajar, sedangkan sebagian lagi yaitu 21 siswa dinyatakan belum tuntas belajar. Data ketuntasan belajar pada kondisi awal dapat diketahui pada tabel 4.2 dibawah ini. 

Tabel 4.2 Ketuntasan belajar hasil tes kondisi awal

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa siswa kelas VI-2 yang belum mencapai ketuntasan belajar minimum (KKM) dari 70 untuk materi Bahasa Indonesia, hanya terdapat 11 siswa (34,3%) dinyatakan tuntas belajar dan sebanyak 21 siswa (65,7%) memiliki nilai di bawah KKM dan dinyatakan belum tuntas belajar, hal ini seperti terlihat pada diagram dibawah ini:

Gambar 4.2 Diagram ketuntasan belajar kondisi awal

B.  Deskripsi Tindakan Dan Hasil Penelitian Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan dalam siklus I dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Peneliti mulai mengidentifikasi masalah yang mungkin muncul saat pelaksanaan pembelajaran.
b) Peneliti mencoba menganilisis dan merumuskan masalah yang mungkin muncul saat pembelajaran.
c) Peneliti merancang pembelajaran kooperatif tipe NHT, dibantu pengamat yaitu menyiapkan RPP pertemuan pertama dan kedua.
d) Peneliti dan pengamat (teman sejawat) melakukan diskusi mengenai penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT, terutama langkah-langkah kegiatan kelompok siswa.
e) Peneliti dan pengamat (teman sejawat) bersama-sama membuat pedoman observasi.
f) Peneliti menyusun kelompok berdasarkan siswa yang pandai dibagi merata ke setiap kelompok. 
g) Peneliti merencanakan tugas kelompok tentang pembelajaran Bahasa Indonesia.

2. Pelaksanaan Tindakan (Action)
a) Penliti melaksanakan langkah-langkah kegiatan sesuai perencanaan pembelajaran.
b) Peneliti menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pelajaran Bahasa Indonesia.
c) Peneliti dan pengamat (teman sejawat) melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana.
d) Peneliti dan pengamat memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan.

3. Pengamatan (observation)
a) Peneliti dan pengamat (teman sejawat) melakukan diskusi untuk rencana observasi pada pembelajaran Bahasa Indonesia.
b) Pengamat melakukan pengamatan terhadap penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT.
c) Pengamat mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT. 
d) Peneliti, dan pengamat melakukan diskusi untuk membahas tentang  kelemahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guna perbaikan untuk pembelajaran Bahasa Indonesia berikutnya.

4. Refleksi (Reflection)
a) Peneliti melakukan analisis temuan dengan para pengamat saat melakukan observasi pelaksanaan pembelajaran.
b) Peneliti dan para pengamat menganalisis kelemahan dan keberhasilan pada saat menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan mempertimbangkan langkah selanjutnya. Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa melakukan kerja kelompok.
c) Peneliti melakukan refleksi terhadap penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pelajaran Bahasa Indonesia. Selama diskusi peneliti berusaha berkeliling pada setiap kelompok. Peneliti menanyakan kesulitan atau masalah yang dihadapi saat berdiskusi kelompok.
d) Peneliti dibantu pengamat (teman sejawat) melakukan refleksi terhadap aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, di samping itu peneliti juga mengadakan evaluasi tentang topik yang sudah dibahas setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Siswa terlibat aktif dalam diksusi kelompok.
e) Peneliti melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa, mengevaluasi terhadap kekurangan dan kelemahannya dalam pelaksanaan pembelajaran, dan berupaya untuk memperbaikinya.
Berdasarkan hasil tes akhir pada tindakan siklus I dapat dideskripsikan seperti pada tabel 4.3 berikut ini:

Table 4.3 Nilai rata-rata tes siklus I

Untuk memperjelas data dari tabel 4.3 dapat dibuat grafik sebagai berikut:

Gambar 4.3 Grafik nilai rata-rata hasil tes siklus I

Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk grafik diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 9 sedangkan nilai terendahnya adalah 4 dengan nilai rata-rata sebesar 7,4. Disamping itu, dari hasil yang diberikan pada akhir tindakan siklus I terdapat 24 siswa yang sudah tuntas belajar, sedangkan yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 8 siswa. Data ketuntasan belajar pada tindakan siklus I dapat diketahui pada tabel 4.4 dibawah ini.

Tabel 4.4 Ketuntasan belajar siswa siklus I

Berdasarkan pada tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa pada akhir tindakan siklus I terdapat 24 siswa (75,0%) yang memiliki nilai di atas KKM yang dinyatakan tuntas belajar dan 8 siswa (25,0%) memiliki nilai dibawah KKM yang dinyatakan belum tuntas belajar, hal ini seperti terlihat pada diagram di bawah ini:
Gambar 4.4 Diagram ketuntasan belajar siklus I

Berdasarkan perbandingan pada kondisi awal dengan tindakan pada siklus I terdapat adanya peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang ditandai dengan peningkatan nilai tes rata-rata kemampuan serta pengurangan jumlah siswa yang masih di bawah standar KKM. 
Perbandingan nilai rata-rata tes kondisi awal dan siklus I dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Perbandingan nilai rata-rata tes kondisi awal dan    

Perbandingan nilai rata-rata tes pada kondisi awal dan tes akhir pada siklus I juga ditunjukkan melaui grafik di bawah ini:
Gambar 4.5 Grafik perbandingan nilai rata-rata tes kondisi awal dan siklus I

Peningkatan ketuntasan belajar siswa antara kondisi awal dan siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Perbandingan ketuntasan belajar siswa kondisi awal

Tabel perbandingan ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal dan siklus I juga ditunjukkan melalui diagram dibawah ini:
                             
Gambar 4.6 Grafik perbandingan ketuntasan belajar antara kondisi awal dan siklus I

Berdasarkan data pada tabel dan grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa. Dari data yang ada dapat dilihat bahwa nilai rata-rata siswa mengalami kenaikan sebanyak 5,9 pada kondisi awal menjadi 7,4 pada siklus I.

Walaupun terdapat peningkatan hasil belajar siswa namun hal tersebut belum memuaskan. Dari hasil observasi guru dalam hal pengelolaan KBM sudah mencapai kategori baik, namun masih ditemui beberapa siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang lebih matang disamping adanya upaya perbaikan pembelajaran pada siklus II.

C.  Deskripsi Tindakan Dan Hasil Penelitian Siklus II
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
a) Hasil refleksi dievaluasi dan didiskusikan bersama dengan peneliti dan para pengamat dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran Bahasa Indonesia berikutnya.
b) Peneliti mendata masalah-masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran
c) Peneliti merancang perbaikan pembelajaran berdasarkan refleksi siklus I dengan menyusun RPP untuk siklus II pertemuan pertama dan pertemuan kedua.

2. Pelaksanaan Tindakan (Action)
a) Peneliti melakukan analisis dan pemecahan masalah yang dihadapinya dalam pelaksanaan pembelajaran.
b) Peneliti melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran dengan memaksimalkan penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan berusaha memperbaiki kekurangan dan kelemahan saat pembelajaran.

3. Pengamatan (observation)
a) Pengamat/observer melakukan pengamatan terhadap penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT.
b) Pengamat mencatat perubahan yang terjadi, peneliti lebih percaya diri dan membacakan materi/konsep dengan baik. Peneliti sudah dapat berperan sebagai nara sumber, fasilitator dan mediator dengan baik. Guru sudah dapat mengelola kelas dengan baik.
c) Peneliti dan para pengamat melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan umpan balik.
4. Refleksi (Reflection)
a) Peneliti merefleksi proses pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dilaksanakannya.
b) Peneliti merefleksi hasil belajar siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT.
c) Peneliti menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian.
d) Peneliti memberikan rekomendasi terhadap hasil akhir penelitian tindakan kelas yang dilakukan.

Dari tahap kegiatan pada siklus I dan II, hasil yang diharapkan adalah:
a) Siswa memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Setiap pembelajaran Bahasa Indonesia siswa selalu sudah siap dengan pertanyaan tentang materi/topik yang akan dibahas. Siswa sudah terbiasa bekerja kelompok dan berdiskusi.
b) Peneliti telah memiliki kemampuan merancang dan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT khususnya pada pembelajaran Bahasa Indonesia.
c) Hasil belajar siswa meningkat, yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam memahami informasi yang ditemukan dalam pembelajaran dibandingkan dari kondisi awal dan siklus I.

Berdasarkan hasil tes akhir pada tindakan siklus II dapat dideskripsikan seperti pada tabel 4.7 berikut ini:


Untuk memperjelas data dari tabel 4.7 dapat dibuat grafik sebagai berikut: 
Gambar 4.7 Grafik nilai rata-rata hasil tes siklus II

Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk grafik diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 10 sedangkan nilai terendahnya adalah 4 dengan nilai rata-rata sebesar 8,7. Disamping itu, dari hasil yang diberikan pada akhir tindakan siklus II terdapat 28 siswa yang sudah tuntas belajar, sedangkan yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 4 siswa. Data ketuntasan belajar pada tindakan sikluss I dapat diketahui pada tabel 4.8 dibawah ini.
Tabel 4.8 Ketuntasan belajar siswa siklus II

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, diketahui bahwa pada akhir tindakan siklus II sebanyak 28 siswa (87,5%) memiliki nilai di atas KKM yang dinyatakan tuntas belajar dan sebanyak 4 siswa (12,5%) memiliki nilai di bawah KKM yang dinyatakan belum tuntas belajar seperti terlihat pada diagram di bawah ini:
Gambar 4.8 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II

Berdasarkan perbandingan hasil belajar pada kondisi awal dengan tindakan pada siklus I dan siklus II dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang ditandai dengan peningkatan nilai rata-rata tes kemampuan serta pengurangan jumlah siswa yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal.

Perbandingan nilai rata-rata tes kondisi awal dengan siklus I dan siklus II dapat disajikan pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9 Perbandingan nilai rata-rata tes kondisi awal dengan siklus I dan siklus II

Perbandingan nilai rata-rata tes pada kondisi awal dengan siklus I dan siklus II dapat ditunjukkan melaui grafik di bawah ini:
Gambar 4.9 Grafik perbandingan nilai rata-rata tes kondisi awal dengan siklus I dan siklus II

Peningkatan ketuntasan belajar siswa antara hasil kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:
Tabel  4.10  Perbandingan ketuntasan belajar siswa kondisi awal dengan  siklus I dan siklus II

Tabel perbandingan ketuntasan belajar siswa kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat juga ditunjukkan melalui diagram di bawah ini:
Gambar 4.10 Grafik perbandingan ketuntasan belajar antara kondisi awal, siklus I dan siklus II

Berdasarkan paparan data pada tabel dan grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dari data yang ada dapat dilihat bahwa nilai rata-rata mengalami kenaikan dari nilai 5,9 pada kondisi awal menjadi 7,4 pada siklus I dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 8,7.

Berdasarkan hasil refleksi dari tindakan pada siklus II, maka pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT dinyatakan berhasil dan penelitian dapat dihentikan pada siklus II.

D.  Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI-2 terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia. Hal tersebut dapat dianalisis dan dibahas sebagai berikut:

1.  Hasil Belajar Kondisi Awal
Sebelum pelaksanaan tindakan kelas pada kondisi awal pembelajaran, guru masih melaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah. Sehingga guru yang mendominasi kegiatan pembelajaran yang menyebabkan siswa cepat mengalami kebosanan dan kesulitan baik dalam aspek membaca, menulis, membaca dan mendengarkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Sebelum dilakukan tindakan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT dari tes akhir yang diberikan, ternyata dari 32 siswa hanya terdapat 11 siswa (34,3%) yang baru mencapai ketuntasan belajar sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu sebesar 65.  Sedangkan 21 siswa (65,7%) belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal. Perolehan nilai tertinggi pada kondisi awal adalah 8 dan yang terendah adalah 2 dengan rata-rata kelas 5,9.  

Proses pembelajaran pada kondisi awal disajikan dengan cara ceramah, dan dalam hal ini siswa hanya mendengar penjelasan guru. Sesudah materi dijelaskan dilanjutkan dengan pemberian tugas, walaupun sesekali guru mengajukan pertanyaan kepada siswa sebagai umpan balik, namun kurang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

2.  Hasil Belajar Siklus I
Hasil tindakan pada pelaksanan penelitian tindakan kelas siklus I proses pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu berupa hasil tes. Dari hasil tes siklus I, ketuntasan belajar siswa dengan jumlah 32 siswa terdapat 24 siswa (75,0%) yang sudah mencapai ketuntasan belajar yaitu memperoleh nilai 65 ke atas. Sementara sisanya 8 siswa (25,0%)  belum mencapai ketuntasan. Adapun dari Hasil nilai  siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 9, sedangkan nilai terendah adalah 4, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 7,4.

Proses pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Selain meningkatkan hasil belajar, pada tindakan siklus I kegiatan mengajar guru dan aktivitas belajar siswa juga sudah sesuai dengan yang direncenakan pada pembelajaran kooperatif tipe NHT dan dikategorikan sudah baik. Walaupun adanya peningkatan namun hasil yang diperoleh belum mencapai target sesuai yang direncanakan. Dengan demikian penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan mengacu kekurangan dan kelemahan pada siklus I.

3.  Hasil Belajar Siklus II
Hasil tindakan pada pelaksanan siklus II proses pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu berupa hasil tes. Dari pelaksanan tindakan siklus II dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelas adalah sebesar 8,7 dengan ketuntasan belajar mencapai 87,5%.

Proses pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sesuai dengan karakteristik pembelajaran kooperatif tipe NHT dikenal dengan pemahaman informasi melalui penyelesaian soal dan pemaparan ke depan kelas sesuai dengan nomor yang di panggil oleh guru. Hal ini berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Aktivitas guru dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar sudah sesuai dengan langkah-langkah pada kooperatif tipe NHT dengan mendekati katagori sangat baik. 

Dengan melibatkan keaktifan siswa berarti memberi kesempatan siswa untuk berpikir sendiri dalam menyelesaikan soal-soal, sehingga dapat mengembangkan ide-ide yang mereka miliki. Pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dapat menjadikan pengetahuan yang mereka miliki akan bertahan lama dalam ingatan mereka, mempunyai efek transfer yang lebih baik dan dapat meningkatkan daya nalar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, terkait dengan pengaruh pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT) terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia maka diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
1) Melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VI-2 semester I  SD Negeri 1 Jeunieb yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus yaitu siklus I 75,0%  dan siklus II 87,5%.
2) Kemampuan siswa dalan pembelajaran Bahasa Indonesia mengalami peningkatan setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT, hal ini ditandai dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal.
3) Aktifitas guru dan siswa selama pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-langkah pada pembelajaran kooperatif tipe NHT.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran agar menjadi masukan yang berguna, diantaranya:
1) Bagi guru disarankan dalam proses belajar mengajar dapat menerapkan berbagai metode dan model pembelajaran dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas sehingga dapat dijadikan pedoman sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2) Kepada pimpinan sekolah disarankan untuk dapat memberikan motivasi kepada guru agar malaksanakan Penelitian Tindakan Kelas guna meningkatkan hasil belajar siswa dan untuk syarat kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi.
3) Kepada Kepala Dinas Pendidikan disarankan agar hasil Penelitian Tindakan Kelas ini dijadikan masukan dalam memberi motivasi serta dukungan penuh bagi pengembangan Penelitian Tindakan Kelas.


DAFTAR PUSTAKA

Djamarah. 2004. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Lasmawan. 2010.  Tujuan Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar. Online: http:///www.lasmawan.blogspot.com/2010/01/12/tujuan-pembelajaran-ips- di-sekolah-dasar.html. Diakses tanggal 2 Agustus 2010.

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Massofa. 2009. Pembelajaran IPS. Online: http:///www.blogspot.com/2009/10/ 25/pembelajaran-ips.html. Diakses tanggal 29  Juli 2010.

Panjaitan, Reikson. 2008. Pembelajran Kooperatif Tipe NHT. Online: http//:matematikaclub.wordpress.com/2008/08/14/pembelajarankooperatif-tipe-nht. Diakses 20 Agustus 2010.

Sudjana. 2004. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidkan Jakarta: Kecana Prenada Media Group.

Sudrajat, A. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran. Online:  http://www.Akhmad.Sudrajat. wordpress.com /2008/09/12/pengertian-pendekatan-strategimetode-teknik- taktik-dan-model-pembelajaran.html. Diakses tanggal 22 Agustus 2010.

Sutadi. 2004. Metode Evaluasi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Syafir. 2009. Metode Dikusi.  Online: http://www.syafir.com/2009/01/09/prestasi-   belajar/146.45.ed/pend.html. Diakses tanggal 21 Agustus 2010.

Yamin. 2005. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

0 komentar

Post a Comment

1. Komentar dengan kata yang sopan
2. Tidak dibenarkan menempatkan link aktif
3. Ajukan pertanyaan yang berhubungan dengan artikel
Terima kasih atas perhatiannya.