Bencana Alam | Masalah - Masalah Yang dihadapi Pengungsi

Banjir

Bencana Alam-Masalah - Masalah Yang dihadapi Pengungsi

A. Pra Bencana

Masyarakat di sekitar gunung Kelud menerima kebijakan dan program Pemerintah untuk dievakuasi ke tempat yang lebih aman namun evakuasi tersebut tidak menyelesaikan masalah mereka.  Di satu sisi mereka memperkecil resiko terkena letusan gunung berapi, utamanya kemungkinan sakit karena tertimpa reruntuhan, lumpur panas atau material lainnya dari gunung.  Di sisi lain, timbul beberapa permasalahan baru, yaitu :
  1. Kehilangan mata pencaharian
  2. Kehilangan tempat tinggal (untuk sementara atau bisa terjadi untuk seterusnya apabila letusan gunung Kelud sangat merusak)
  3. Sebagian berpisah dengan Kepala Keluarga karena ayah atau suami banyak yang memilih untuk tetap tinggal di rumahnya masing-masing dengan alasan menjaga rumah (harta) miliknya dan tetap bekerja (petani, berkebun atau peternak).
  4. Pemenuhan kebutuhan fisik (makan, minum, tempat tinggal sementara/kamp penampungan, sarana air bersih, dll) yang tidak memadai.
  5. Anak-anak tidak bisa sekolah.
  6. Tingginya resiko penyakit-penyakit ringan (batuk, flu) ataupun penyakit menular (misalnya diare) karena kondisi kamp dan lingkungan penampungan yang kurang bersih dan tidak kondusif serta sarana pelayanan kesehatan yang kurang memadai.
  7. Terganggunya fungsi dan peranan keluarga karena dalam satu kamp tinggal beberapa keluarga sekaligus.
  8. Hilangnya harga diri dan kemampuan baik sebagai individu maupun sebagai keluarga karena dalam kamp pengungsian mereka menerima belas kasihan dari pihak lain dan bahkan seringkali menjadi tontonan.
  9. Terhambatnya pelaksanaan fungsi dan peranan sosial dalam kekerabatan serta pelaksanaan tugas-tugas kehidupan dalam kemasyarakatan, misalnya : kegiatan arisan, kegiatan adat atau budaya yang tidak dapat dilaksanakan di lokasi pengungsian.
  10. Kejenuhan akibat ketidakpastian berapa lama harus mengungsi, perasaan tidak berdaya, ketakutan dan bahkan perasaan putus asa menghadapi kemungkinan bencana yang tidak mungkin dihindari (tidak dapat melawan kehendak Tuhan).
  11. Berfikir tidak realistis dan mencari kekuatan supra natural untuk mencegah terjadinya bencana.


B. Pada Saat Kejadian Bencana

Dengan asumsi bahwa gunung Kelud pasti meletus sebagaimana dikemukakan oleh Ketua Tim dari Balai Konservasi Gunung Berapi dan diasumsikan bahwa letusan gunung tersebut sangat merusak maka masyarakat tetap harus tinggal di kamp penampungan untuk jangka waktu yang cukup panjang.
Permasalahan yang timbul sebagai akibat terjadinya bencana tersebut secara fisik hampir sama dengan kondisi yang dialami saat pra bencana.  Masalah-masalah sosial psikologis tambahan yang mungkin terjadi adalah :
  1. Ketakutan yang luar biasa (selalu ada kemungkinan tempat pengungsian mereka juga akan terkena dampak bencana).
  2. Kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian bahkan mungkin kehilangan anggota keluarga atau kepala keluarga yang tidak sempat menyelamatkan diri.
  3. Kekecewaan spiritual (dengan pertanyaan : mengapa Tuhan membiarkan hal itu terjadi; mengapa Tuhan memberikan ujian atau hukuman seperti itu bahkan mengapa Tuhan memberi cobaan kepada orang-orang yang merasa dirinya sudah melaksanakan ibadah sesuai ajaran agama).
  4. Pasrah pada keadaan
  5. Kecewa pada Pemerintah atau pihak-pihak lain yang tidak dapat meminimalisir kerusakan yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi.
  6. Marah, stress atau frustasi dengan situasi dan kondisi yang serba tidak menentu.
  7. Putus asa.
  8. Ketidakpastian akan masa depan

C. Pasca Bencana

Kondisi dan permasalahan pengungsi bencana alam pasca bencana dibagi atas 2 (dua) tahap, yaitu masa rehabilitasi dan pemulihan ketika masih berada di lokasi penampungan/pengungsian serta masa pemberdayaan dan pengembangan ketika pengungsi dipulangkan atau kembali ke tempat tinggal/daerahnya semula atau ke lokasi baru (relokasi). Gambaran kondisi dan permasalahan pengungsi pada tahap pasca bencana adalah sebagai berikut :

1.  MASA REHABILITASI DAN PEMULIHAN

a.  Masalah-masalah Fisik
  • Pemenuhan kebutuhan makan minum, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan yang tidak memadai.
  • Tidak tersedia atau terbatasnya fasilitas umum maupun fasilitas sosial.
  • Sanitasi lingkungan yang buruk sehingga menimbulkan ketidaknyamanan bahkan bibit penyakit.

b.  Masalah-masalah Sosial dan Psikologis
  • Kekhawatiran akan terjadinya bencana susulan
  • Rasa sedih dan kehilangan yang mendalam apabila ada anggota keluarganya yang meninggal.
  • Halusinasi mengenai kejadian bencana baru yang akan menimpa mereka di tempat pengungsian.
  • Stress (ringan, sedang, berat)
  • Frustasi dan trauma
  • Kecewa dan putus asa dengan situasi dan kondisi kehidupan yang mereka alami di pengungsian.
  • Potensi timbulnya konflik dengan sesama pengungsi akibat jenuh, tidak terpenuhinya kebutuhan hidup, tidak optimalnya pelaksanaan fungsi dan peran keluarga dan kemungkinan-kemungkinan hilangnya pengendalian diri.
  • Kekecewaan terhadap pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah yang berpotensi menjadi aksi sosial.
  • Hilangnya harga diri dan rasa percaya diri.
  • Pasrah, putus asa, merasa tidak berdaya dan ketidakpastian terhadap masa depan.
  • Menyalahkan orang/pihak lain yang dianggap menambah beban hidup mereka
  • Ketergantungan terhadap bantuan dari Pemerintah dan pihak-pihak lainnya.
  • Menyalahkan Tuhan
  • Menolak direlokasi ke tempat baru (apabila tempat tinggal/daerahnya semula sudah tidak dapat dihuni lagi)


2. MASA PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN

Pada masa pemberdayaan dan pengembangan, permasalahan masyarakat korban bencana dari lokasi pengungsian dibagi atas dua jenis, yaitu eks pengungsi yang kembali ke tempat tinggal atau daerahnya semula dan eks pengungsi yang direlokasi (dipindahkan ke tempat baru).  Masalah-masalah yang timbul pada masa ini dapat digambarkan sebagai berikut :
  1. Pemenuhan kebutuhan fisik yang kurang memadai akibat rusaknya tempat tinggal, lingkungan permukiman dan mata pencaharian.
  2. Perasaan khawatir atau trauma yang berkepanjangan karena suatu saat bencana gunung berapi masih akan meletus lagi.
  3. Tidak optimal dalam membangun kembali tempat tinggal dan lingkungan permukimannya karena sesuai ramalan para ahli mengenai periode letusan gunung dalam jangka waktu tertentu menyebabkan mereka merasa tidak perlu membuat yang terbaik.
  4. Merasa tidak tahu dan tidak berdaya memulai dari mana untuk membenahi kembali kehidupan mereka.
  5. Kecewa kepada Pemerintah yang tidak optimal membantu untuk membangun kembali tempat tinggal dan lingkungan permukiman mereka.
  6. Mencari kekuatan gaib atau supra natural untuk membantu percepatan pemulihan kehidupan mereka serta mencegah terulangnya kejadian bencana.
  7. Apabila kejadian bencana menyebabkan kehilangan kepala atau anggota keluarga maka beban hidup dirasakan lebih berat.
  8. Kesulitan untuk beradaptasi di tempat tinggal yang baru (apabila direlokasi)

0 komentar

Post a Comment

1. Komentar dengan kata yang sopan
2. Tidak dibenarkan menempatkan link aktif
3. Ajukan pertanyaan yang berhubungan dengan artikel
Terima kasih atas perhatiannya.